Lukas 16:10
Seringkali kita berpikir bahwa Tuhan itu lebih dimuliakan ketika kita melakukan sesuatu pekerjaan yang besar, spektakuler dan fenomenal. Namun teks hari ini mengingatkan kepada kita dua hal. Pertama, kesetiaan melakukan perkara kecil merupakan proses latihan dan pengujian kesetiaan untuk dapat dipercaya melakukan perkara yang lebih besar. Bukankah hal ini yang dapat terlihat dari kehidupan para tokoh Alkitab, seperti Yusuf, yang dibentuk dari pelayan di rumah Potifar? Kesetiaannya dalam menjaga integritas hidup menjadi bekal baginya melayani sebagai orang kepercayaan Firaun di Mesir. Bukankah hal yang sama terjadi dalam kehidupan Musa yang dilatih menggembalakan kambing domba di padang sebelum diutus menggembalakan bangsa Israel keluar dari Mesir ke tanah perjanjian?!
Kedua, yang ditekankan dan diukur adalah kesetiaan. Setia bukan sekadar melakukan terus menerus, tetapi melakukan dengan benar dan tepat. Seringkali orang berpikir, “Halah, urusan kecil kok, ga usah serius-serius amat.” Jelas ini bertentangan dengan apa yang Tuhan Yesus ajarkan. Untuk segala urusan, bahkan urusan yang remeh dan kecil, yang dituntut adalah melakukan dengan benar, tepat, teliti, serius, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol. 3:23)
Yesus Kristus peduli bukan hanya untuk urusan-urusan besar seperti kematian, surga neraka, tetapi juga urusan-urusan yang “remeh” seperti lapar (maka Ia memerintahkan - bukan hanya sekadar menghimbau - para muridNya memberi makan 5000 dan 4000 orang), mengasihi anak-anak (yang pada waktu itu dianggap pelayanan yang tidak berguna). Dan bukti terjelas adalah Ia memberikan diri-Nya, mati dan bangkit untuk menyelamatkan kita, manusia, yang hanyalah ciptaan kecil (baca dalam bahasa Jawa: kuecilll soro) di seluruh alam semesta yang Ia ciptakan.
Yuk, mulai hari ini belajar setia melakukan hal yang dianggap kecil, remeh, dan mungkin ga terlihat penting bagi banyak orang - tapi Tuhan bisa pakai itu menjadi berkat bagi orang lain.
Leave a comment