God Over Algorithm

Admin LPK3

Mon, 20 Oct 2025

God Over Algorithm

Roma 11:36“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.”

 

Dari Dia → Allah sebagai Sumber Kebenaran

Di era digital, algoritma menentukan apa yang kita lihat, baca, bahkan pikirkan. Hashtag #the dress (biru-hitam atau putih-emas) (viral di Twitter taun 2015 lalu) rmenunjukkan betapa persepsi kita bisa dimanipulasi oleh cahaya, konteks, dan bahkan oleh teknologi yang menayangkannya. Algoritma seakan menjadi “penentu kebenaran” baru.

Namun, firman Tuhan mengingatkan kita: hanya Allah sumber kebenaran sejati (Yohanes 14:6). Kita boleh mengembangkan alat, teknologi, bahkan “aturan logis” (dari Al-Khwarizmi hingga AI modern), tetapi semuanya berasal dari Sang Pencipta. Marshall McLuhan pernah berkata: “We shape our tools and thereafter our tools shape us.” Tetapi sebelum kita membentuk dan dibentuk oleh teknologi, Allah-lah yang terlebih dahulu membentuk kita.

Refleksi: Apakah saya lebih percaya pada “feed” algoritma daripada firman Tuhan?

Oleh Dia → Allah Membekali Kita dengan Kebijaksanaan

Algoritma tidak netral. Safiya Noble menyebut algoritma bisa memperkuat diskriminasi; Shoshana Zuboff mengingatkan bahwa engagement hanyalah nama lain untuk pengawasan (surveillance). Artinya, algoritma bisa mengancam kebebasan, memelintir kebenaran, dan mengarahkan hidup kita tanpa sadar.

Tetapi Allah tidak membiarkan kita hanyut. Melalui firman-Nya, kita diajak memiliki discernment digital:

      Mengasihi kebenaran lebih dari kenyamanan.

      Rendah hati untuk mengakui keterbatasan diri.

      Berani melawan arus bias dan kebohongan.

      Adil dalam menilai informasi.

      Berempati terhadap sesama yang dipengaruhi algoritma berbeda.

Salah satu praktik konkret adalah Sabat digital — berhenti sejenak dari gadget, bukan sekadar detoks, tapi sebagai latihan rohani untuk menegaskan: “Aku tidak dikuasai oleh algoritma, tetapi oleh Kristus.” (1 Korintus 6:12).

Refleksi: Bagaimana caraku menggunakan media digital — apakah untuk memuliakan Tuhan, atau hanya mengikuti arus dunia?

Kepada Dia → Menghidupi Ritme Allah

Pada akhirnya, pertanyaan besar adalah: siapa yang mengatur hidup kita? Algoritma, atau “God-rithm”? Kita diciptakan bukan untuk menjadi budak pola scrolling, likes, dan trending, tetapi untuk berjalan sesuai ritme kasih Allah.

Praktiknya sederhana namun mendalam:

      Doa yang menjaga relasi kita dengan Sang Sumber Hidup.

      Firman yang menjadi filter kebenaran melampaui algoritma.

      Pengakuan dosa yang menyadarkan kita ketika hati lebih tunduk pada layar daripada pada Tuhan.

      Komunitas yang menopang kita untuk hidup bersama, bukan sekadar online presence.

Dengan demikian, teknologi, termasuk algoritma, bukan lagi tuan, melainkan alat untuk kemuliaan-Nya.

Refleksi: Apakah saya sudah memakai teknologi sebagai sarana pelayanan dan kasih, atau hanya untuk kepuasan diri?

 

Rekomendasi buku

12 Ways Your Phone is Changing You - Tony Reinke

https://dewey.petra.ac.id/view/98435

Social Media is not Real - Michael Chrisdion

https://dewey.petra.ac.id/view/103150

Shaping A Digital World - Derek Schuurman

https://dewey.petra.ac.id/view/87640

Culture Making - Andy Crouch

https://dewey.petra.ac.id/view/136872

0 Comments

Leave a comment