“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil…pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)
Kita seringkali hadir secara fisik—ikut meeting, buka laptop, duduk di meja kerja—tapi pikiran kita ngelayap ke mana-mana: tagihan, drama keluarga, atau chat yang belum dibalas. Rasanya kayak hidup di autopilot. Kita ada, tapi nggak benar-benar hadir.
So, bagaimana kita bisa setting our mind to be fully present—secara utuh dan rohani? Di sinilah Paulus mengajak kita mengarahkan pikiran kepada hal-hal yang benar, mulia, dan layak dipuji (Filipi 4:8). Tapi ini bukan sekadar latihan positive thinking.
Bedanya? Positive thinking berusaha bikin kita merasa “oke” di tengah situasi yang “nggak oke.” Fokusnya: diri sendiri, supaya tetap tenang. Tapi positive thinking tidak mengubah apapun. Bahkan, dalam beberapa kondisi dapat disebut mengelabuhi diri sendiri.
Namun berbeda dengan ajaran Paulus. Paulus mengajak jemaat Filipi memikirkan kebenaran, kemuliaan, hal-hal terkait karakter Allah. Kata “pikirkanlah” ini bukan sekadar berarti upaya mental proses reasoning, tapi menyelidiki dan menjadikan semua karakter itu hadir secara nyata sehingga orang bisa “counting” (menyadari dan merasakan) semua karakter ilahi ini.
So bagaimana praktisnya? Dalam segala situasi, pikirkan apa yang bisa menyatakan kasih dan anugerah serta karakter Allah, dan hadirkan hal tersebut. Ketika ada rekan yang bergumul, bukan sekadar aktif mendengar, dan bukan sekadar menenangkan dengan penghiburan kosong. Tapi hadirkan kasih kebaikan Allah sehingga rekan yang bergumul bisa menemukan peace dari Tuhan dan dipertumbuhkan kehidupannya.
Leave a comment