"Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu."
(Yohanes 15:12)
Saat kita benar-benar ingin hadir dengan hati—bukan sekadar ada—di situlah seringkali justru hati kita yang paling rentan disakiti. Kita menunjukkan kepedulian, tapi dibalas dengan sikap dingin. Kita mencoba memahami, tapi malah disalahpahami. Tidak heran, banyak orang memilih untuk hadir secukupnya saja—tanpa hati.
Tapi justru di situlah Yesus datang dengan perintah baru: “Kasihilah sesamamu seperti Aku telah mengasihi kamu.” Heh? Kok disebut baru sih? Bukannya di PL sudah ada perintah itu? Bahkan orang-orang Yahudi sudah dengan familiar sehingga bisa menyimpulkan dalam ajaran hukum kasih yang kedua, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (lih. Im. 19:18, Lk. 10:27).
Perintah ini disebut “baru” karena standarnya. Bukan lagi seperti dirimu sendiri, tapi seperti Aku. Karena kalau bergantung dengan standar diri kita, bisa jadi: 1) kita akan menghadapi dilema, mana dulu yang harus saya kasihi kalau kasih saya kepada sesama harus mengorbankan tindakan kasih saya kepada diri sendiri, 2) kita tidak bisa mengasihi orang lain dengan sungguh-sungguh seperti kasih kepada diri (pasti ada beda lah). Maka itu, mengapa Tuhan Yesus tidak lagi mengajarkan kasihi sesama dengan standar diri, tetapi dengan standar diri-Nya.
Dan Yesus tidak sekadar berkata-kata. Kasih-Nya hadir dalam inkarnasi—Dia benar-benar datang. Kasih-Nya penuh belas kasihan—Dia melihat orang-orang yang terluka dan jatuh belas kasihan. Kasih-Nya bertahan sampai akhir—Dia dikhianati, dihujat, tapi tetap mengasihi.
Kita tidak akan mampu mengasihi dengan hati seperti itu… kecuali kita lebih dulu mengalami kasih yang seperti itu. Kasih yang selalu hadir (fully present)—di tengah pergumulan, di hari-hari gelap, bahkan ketika kita tidak menyadari-Nya. Kasih yang setia, penuh anugerah, dan tidak pernah absen. Dan ketika kita sadar bahwa kasih itu begitu nyata dan dekat, hati kita akan dimampukan untuk hadir—mengasihi bukan karena mampu, tapi karena telah dikasihi.
Leave a comment