Berserah Bukan Pasrah, Tetapi Percaya
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
— Filipi 4:6
Rasa cukup tidak lahir dari keadaan yang ideal, tetapi dari sikap hati yang berserah kepada Tuhan. Banyak orang pasrah karena putus asa. Tetapi Alkitab memanggil kita bukan untuk pasrah, melainkan berserah—yaitu menyerahkan seluruh kekhawatiran kepada Allah yang memelihara.
Berserah bukan berarti menyerah. Itu berarti mengakui bahwa kita bukan pusat dari segalanya, dan hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik. Ketika kita menyerahkan keinginan kita dalam doa dengan ucapan syukur, Tuhan mengganti kekhawatiran dengan damai sejahtera yang melampaui akal.
Khawatir adalah tanda kita sedang mencoba mengendalikan apa yang seharusnya kita percayakan pada Tuhan. Berserah mengajarkan kita untuk berlutut, bukan berputus asa; untuk mengucap syukur bahkan ketika belum menerima.
Mari belajar mencukupkan diri dengan melepaskan kendali. Kita tidak harus tahu segalanya, cukup tahu bahwa Tuhan kita setia. Berserah adalah langkah awal menuju damai, dan damai adalah ladang tempat rasa cukup bisa tumbuh.
Pertanyaan Reflektif:
Apa kekhawatiran yang sedang mencuri damai sejahtera saya saat ini?
Apakah saya sudah sungguh-sungguh menyerahkan hal itu kepada Tuhan dalam doa?
Leave a comment