Rooted in Hope
(Roma 8:24-25)
Pengharapan dalam perspektif kristen tidak sama dengan harapan akan nasib beruntung tetapi pengharapan dalam pandangan Para Rasul jauh lebih mendalam dan lebih kokoh yaitu kemenangan Kristus atas Iblis, dosa dan maut.
Pada era Para Rasul, pengharapan bukannya tidak hadir pada masa-masa sulit yang dialami oleh Gereja mula-mula, sebaliknya, justru pengharapan yang berpusat pada kemenangan Kristus itu memberikan kekuatan kepada orang-orang kristen untuk tetap bertahan dalam penderitaan. Rasul Paulus membagikan pengalaman hidupnya dalam melayani Tuhan ia banyak penderitaan, aniaya, dan masa sulit, namun ia menulis kalimat yang penuh kekuatan: “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita” (Roma 5:3) yang pada akhirnya “menimbulkan pengharapan yang tidak mengecewakan” (Roma 5:4-5). Pengharapan jenis ini bukan pengharapan yang bersifat optimisme sentimental melainkan pengharapan yang lahir dari karya Salib dan kebangkitan.
Pengharapan kristen ialah pengharapan yang Kristosentris dan hidup yang berakar dalam pengharapan berarti hidup yang dijalani dalam ketabahan dan kesungguhan iman karena Kristus telah “mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah” (Ibrani 12:2). Kalimat ini menyiratkan adanya suatu pengharapan yang melihat masa mendatang yang belum terlihat saat ini, yaitu suatu pengharapan pemulihan dan kebangkitan serta kemenangan dari dunia yang penuh penderitaan zaman sekarang ini. pengharapan ini hadir dan senantiasa menguatkan kita menghadapi masa-masa sulit di dunia ini dan yang akan terus bersama kita hingga kedatangan Kristus Kedua kali.
Para Bapa Gereja mengajarkan bahwa pengharapan ialah perisai bagi keputus-asaan, tempat berlabuh bagi hidup yang terombang-ambing oleh badai kehidupan dan membawa diri kita mendekat kepada Allah sehingga hidup yang berakar dalam pengharapan akan senantiasa menerima pembaharuan dari Allah di dalam hatinya. Pengharapan membawa kita mengingat akan kemurahan Allah yang tidak pernah habis dalam segala situasi dan kondisi.
Pertanyaan reflektif:
1. Apa yang menjadi fondasi bagi pengharapan kita selama ini? Pada Kristus atau ekspetasi personal kita?
2. Apakah hidup yang berakar pada pengharapan dibentuk melalui pencobaan atau hadir secara otomatis Ketika seseorang percaya kepada Kristus?
Leave a comment